Sabtu, 27 November 2021

Hakikat Panjang Umur bagi Seorang Muslim

Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ''Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah yang mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).'' (QS 6: 2).

Umur manusia sepenuhnya ditentukan oleh Allah SWT. Manusia hanya dapat menerima keputusan Allah SWT tentang umurnya. Karenanya, manusia tidak mengetahui panjang pendek umurnya. Manusia juga Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.'' (HR al-Bukhari).

Umur yang diberikan Allah SWT kepada manusia adalah amanat yang harus dijaga dengan baik. Karenanya, harus diisi dengan kebaikan-kebaikan dan amal saleh. Nilai umur manusia tidak ditentukan oleh panjang atau pendeknya, melainkan oleh kualitas amal yang diperbuat dalam masa Dan sesungguhnya tidak ada yang dapat menambah umur seorang mukmin kecuali kebaikan yang diperbuatnya.'' (HR al-Bukhari).

Menimbang Kebaikan

Dalam pandangan Rasulullah SAW, umur yang panjang pada hakikatnya adalah yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh. Beliau bersabda, ''Barang siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaklah ia berbuat baik kepada kedua orang tua dan menjalin silaturrahim dengan sesama.'' (HR Ahmad)

Panjangnya umur seseorang tidak akan bernilai sama sekali jika tidak diisi dengan amal saleh. Bahkan, boleh jadi hanya menjerumuskan ke dalam azab Allah SWT. Umur panjang yang diisi dengan perbuatan baik dan amal saleh menjadi bukti kualitas hidup manusia di dunia dan meninggikan derajatnya di sisi Allah SWT. 

Rasulullah SAW melarang umatnya memohon kematian. Beliau bersabda, ''Janganlah salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa agar cepat mati sebelum kematian itu benar-benar datang kepadanya. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kamu sekalian mati, maka terputuslah amalnya.

Ketika ditanya tentang siapa orang yang paling baik, Rasulullah SAW menjawab, ''Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya.'' (HR Ahmad).

Setiap Muslim hendaknya menyadari kembali bahwa kematian akan datang tanpa diduga. Kesadaran terhadap hal ini akan memotivasi untuk bersegera mengisi umur di dunia dengan perbuatan baik dan amal saleh. Sebab, umur yang disia-siakan pada akhirnya hanya akan melahirkan penyesalan yang tidak berguna. 

Sumber: 

https://m.republika.co.id/berita/pphxdk458/hakikat-panjang-umur-bagi-seorang-muslim

Khamis, 25 November 2021

LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH

 Membiasakan Yang Betul, Membetulkan Yang Biasa

Kalimah:  لَا حَوْلَوَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّهِ  (LA HAULA WA LA QUWWATA ILLA BILLAH)

Ertinya : Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan kehendak Allah.

Zikir ini disebut al-Hawqalah.

Diucapkan apabila melihat perkara-perkara yang tidak disukai ataupun apabila kita tidak terdaya atau berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Zikir kalimah ini merupakan kalimah isti’anah (memohon pertolongan) bukan kalimah istrija’ (ucapan innaa lillahi wainnaa ilaihi roji’un). Dianjurkan membaca zikir ini ketika meminta pertolongan kepada Allah SWT bukan dibaca ketika ditimpa musibah. (Lihat: AI-Istiqomah 2/81).

لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Makna Ungkapan al-Hawqalah: Tiada keupayaan bagi kami untuk melakukan ketaatan melainkan dengan (bantuan dan kehendak) dari Allah, dan tiada kekuatan bagi kami untuk menjauhi kemaksiatan melainkan dengan (bantuan dan kehendak) dari Allah.” (Ibn ‘Abbas dalam al-Durr al-Mathur fi al-Tafsir bi al-Ma’thur oleh al-Suyuthi 5/393)

Ungkapan zikir ini berupa pelengkap hidup seseorang muslim. Orang yang menyebutnya bererti mengaku, dia tidak memiliki sebarang keupayaan dan kekuatan sama ada untuk mendapatkan apa-apa kebaikan atau menolak apa-apa keburukan, tiada sebarang upaya untuk mengelak maksiat dan melakukan ketaatan, tiada upaya untuk membebaskan diri dari sebarang penyakit dan berada dalam keadaan sihat, tiada upaya untuk bebas dari lemah kepada memperolehi kekuatan, hatta dia tiada upaya melaksanakan sesuatu di dalam hidupnya, melainkan dengan bantuan dan kehendak dari Allah Yang Maha Agung.   

Zikir kalimah al-Hawqalah ini mempunyai kelebihan. Dalam hadis Abu Musa al-Asy’ari RA ia sebagai perbendaharaan Syurga:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وسلم- فَجَعَلَ النَّاسُ يَجْهَرُوْنَ فِيْ التَّكْبِيْرِ فَقَالَ النَّبِيِّ- صلى الله عليه وسلم-:"أَيُّهَا النَّاس ارْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُوْنَ أَصُمَّ وَلَا غَائِبًا ولكن تَدْعُوْنَ سَمِيْعًا بصيرا ثُمَّ أَتَى عَلَيَّ وَأَنَا أَقُول فِيِ نَفْسِي: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ: "يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ! قُلْ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

Maksudnya: “Kami dahulu pernah bersama dengan Nabi SAW (dalam suatu permusafiran). Orang ramai bertakbir dengan kuat. Lalu Nabi SAW bersabda: “Wahai kalian semua, kasihanilah diri kami sendiri, sesungguhnya kamu semua bukan memohon kepada zat yang pekak dan jauh, sebaliknya kamu semua berdoa kepada tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha memerhatikan. Kemudian baginda datang kepadaku, ketika itu aku membaca

 لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Baginda bersabda kepadaku: “Wahai ‘Abd Allah bin Qais, ucapkanlah:

 لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ 

Kerana sesungguhnya ia adalah salah satu perbendaharaan (harta bernilai yang tersimpan) di dalam syurga.” (HR Bukhari, No: 6384)

Berkata Imam Nawawi, “Makna perbendaharaan di sini adalah simpanan pahala di Syurga yang sangat berharga, seperti simpanan harta kalian yang paling bernilai.” (Syarah Sahih Muslim 17/26).


Kalimah zikir ini juga menjadi pelindung dari Syaitan berdasarkan hadis Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda:

إِذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ: فَقَالَ: بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا باللَّهِ فَيُقَالُ لَهُ: حَسْبُكَ قَدْ كُفِيتَ وَهُدِيتَ وَوُقِيتَ فَيَلْقَى الشَّيْطَانُ شَيْطَانًا آخَرَ فَيَقُولُ لَهُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ كُفِيَ وَهُدِيَ وَوُقِيَ

Maksudnya:  “Apabila seseorang itu keluar dari rumahnya lalu mengucapkan:

 بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا باللَّهِ  

akan dikatakan kepadanya: “memadai bagimu, sesungguhnya kamu telah dikurniakan kecukupan, hidayah dan perlindungan.” Lalu satu syaitan bertemu dengan syaitan yang bekerja menyesatkan orang itu seraya berkata: “Bagaimana kamu (hendak menyesat dan mengganggu) orang itu yang telah diberi kecukupan, hidayah dan perlindungan?” (HR Abu Daud No: 4249) Status: Hadis Sahih. 

Sumber: KAPSUL TAZKIRAH 

#SuburkanAmalanMantapkanKeperibadian

https://t.me/kapsul_tazkirah

Rabu, 17 November 2021

UJIAN ALLAH

BAGI orang beriman, hidup adalah medan ujian. Ujian itu tak semesti berbentuk sesuatu yang buruk. Ujian juga boleh berbentuk sesuatu yang baik. Allah SWT berfirman: 

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ 

"Setiap jiwa pasti akan mati. Dan, Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali." ( al- Anbiya' [21]: 35).

Semua jiwa akan mati.  Tidak ada yang terkecuali.  Kematian adalah ujian Allah terhadap makhluknya. Sejak mula dilahirkan ujian Allah sedia menunggu makhluknya.  Sama ada hidupnya sempurna dengan segala ujian dapat dilalui dengan mudah atau sengsara menunggu sepanjang kehidupannya.  

Sesudah dewasa ujian Allah berterusan dalam pelbagai bentuk.  Ada yang lulus dengan mudah namun Allah sering menguji makhluknya dengan pelbagai ujian.  Semakin dewasa ujian akan semakin mencabar.  Usia tua denga hidup yang semakin lemah adalah ujian yang tak mungkin dapat dielak.  Allah melalui ujian kehidupan di hari tua menuntut kesabaran yang tinggi sebelum kematian.  

Oleh itu, orang seperti itulah yang dimaksud oleh Rasulullah sebagai mukmin sejati yang beruntung di dunia dan di akhirat: 

عَنْ أَبِي يَحْيَى صُهَيْبِ بْنِ سِنَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤمنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ 

"Sungguh mengagumkan perihal orang mukmin; semua hal yang menimpa mereka membuahkan kebaikan yang itu tidak didapatkan oleh selainnya: jika ia mengalami kelapangan atau kebaikan ia bersyukur, maka itu baik buatnya. Dan, jika ia mengalami kesempitan atau keburukan ia bersabar, maka itu juga baik buatnya." (HR Muslim dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan RA).    


BERBAKTI KEPADA IBU BAPA

Al-Isra' - 17:23 وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَك...