- Dalam bukunya, 59 Kaedah Al-Quran Untuk Jiwa dan Kehidupan, Dr. Umar Abdullah al-Muqbil (2012) menghuraikan kaedah keempat. Beliau menyatakan ayat ini merupakan salah satu kaedah utama cara berinteraksi dengan jiwa. Sementara itu, ayat ini juga merupakan cara yang baik agar jiwa selalu bersih dari pengaruh dosa.
- Dalam ayat lain dengan nada yang sama, Allah telah bersumpah sebanyak sebelas kali dalam surah Asy-Syams, "Sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya." (Asy-Syams: 9)
- Walaupun manusia berupaya mengingkari perbuatan serta ucapannya yang salah serta mengemukakan beragam alasan untuk membenarkannya maka sebenarnya dirinyalah yang paling mengetahui apa sebenarnya sedang terjadi. Tidak ada yang paling mengetahui kecuali dirinya sendiri, walaupun ia berupaya sekuat tenaga menyembunyikan dari pandangan dan pendengaran manusia.
- Bidang-bidang yang memungkinkan kaidah Al-Qur'an ini diterapkan, antara lain, saat berinteraksi dengan diri sendiri. Sebagian orang ada yang memiliki hobi mencari-cari kesalahan, cela, dan aib orang lain, dan dalam waktu bersamaan ia lalai memerhatikan kesalahan dan aibnya sendirt. Imam Qatadah i berkata ketika menafsirkan ayat ini, "Ada orang yang sibuk melihat cela dan kekurangan orang lain, tapi la lalai menghitung dosa-dosanya."
- Tentu, tak disangsikan lagi bahwa hal ini merupakan indikasi kehinaan dan kebodohan, seperti yang diungkapkan oleh Bakar bin Abdullah Al-Muzani, bahwa jika Anda melihat seseorang sibuk memerhatikan kekurangan dan cela orang lain, dan lupa dengan kekurangannya, maka ketahuilah ia telah tertipu dan terperdaya.
- Imam Asy-Syafi'i berkata, "Sebuah berita sampai kepadaku bahwa Abdul Malik bin Marwan pernah berkata kepada Hajjaj bin Yusuf, Setiap orang pasti mengetahui kekurangan dan aibnya sendiri, karena itu celalah dirimu sendiri, jangan sembunyikan sedikit pun darinya.'*
- Salah seorang ulama salaf juga berkata, "Sikap jujur yang indah adalah Anda mengakui kesalahan-kesalahan diri Anda sendiri di hadapan Allah."